RAJAB DAN CORONA





Tak terasa bulan rajab hampir berlalu meninggalkan kita. Seolah-olah kita terlupa dengan bulan mulia ini sehingga terlewat begitu saja. Saat ini semua orang fokus dengan kejadian luar biasa yang sedang mengguncang dunia. Setiap hari, setiap jam, setiap menit beritanya muncul di berbagai kanal media informasi. Bahkan hampir membuat psikis kita lebih terganggu dibandingkan fisik kita karena banyaknya pemberitaan yang muncul tentang betapa mengerikannya pandemi itu. Kata seorang filusuf yunani (Seneca) “terkadang kita memang lebih menderita di imajinasi daripada di kenyataan itu sendiri”.


Virus corona atau covid-19 sedang gencar-gencarnya menginvasi seluruh negara di dunia. Tidak main-main, negara-negara adikuasa seperti USA dan Uni Eropa juga terkena dampaknya yang membuat perekonomiannya goyah. Di negara Indonesia sendiri, virus ini semakin menyebar luas hampir keseluruh penjuru negeri. Sampai tulisan ini dibuat telah ada 686 kasus positif dengan jumlah yang meninggal sebanyak 55 orang. Pemerintah tidak memilih kebijakan lockdown untuk mencegah penyebaran kasus corona, tetapi lebih memilih untuk melakukan rapid test. Warga +62 dihimbau untuk tidak keluar rumah kecuali untuk keperluan yang sangat penting.

Kita tahu covid-19 merupakan virus yang berbahaya karena merupakan jenis virus baru dan penyebarannya sangat cepat. Tetapi tak perlu muncul kekhawatiran yang berlebih sehingga membuat mental kita down. Itu akan membuat sistem imun di tubuh kita menjadi lemah sehingga kita jadi gampang sakit. Kita tetap harus menjaga diri dengan melakukan social distancing, olahraga, mencuci tangan secara teratur dan hal lain sesuai anjuran para ahli medis untuk mencegah penyebaran virus yang semakin luas.

Ibarat sebuah pertandingan sepak bola, Dokter dan perawat sebagai goalkeeper dan defender yang bertugas menjaga benteng pertahanan terakhir sedang diserang habis-habisan oleh pemain lawan. Mereka berjuang mati-matian demi mempertahankan gawangnya agar tidak kebobolan. Kita sebagai striker dan midfielder harus ikut turun kebelakang bekerja sama membantu pertahanan. Karena lawan yang kita hadapi sekarang adalah team yang baru promosi, sangat tangguh dan belum diketahui kelemahannya. Liverpool yang memiliki pertahanan kuat dengan rekor 44 pertandingan tak terkalahkan di Liga Inggris musim ini akhirnya kandas juga ditangan Watford. Jadi strategi yang tepat saat ini adalah Parkir Bus ala Jose Mourinho. Meskipun  kita harus kalah, setidaknya tidak kemasukan banyak goal.

Wabah yang sedang dialami sebagian besar warga di dunia ini bertepatan terjadi di bulan rajab. Salah satu dari 4 bulan istimewa bagi umat muslim (QS At-Taubah:36). Sejak zaman sebelum islam datangpun masyarakat jahiliyah arab telah menghormati bulan rajab. Mereka tidak melakukan peperangan, pembunuhan dan perampasan di bulan tersebut. Sehingga bulan rajab juga dikenal dengan “rajab al asham”. Setelah islam datang, keistimewaan bulan rajab menjadi bertambah dengan adanya anjuran-anjuran untuk melakukan ibadah di bulan itu.

Di penghujung rajab ini, mari kita flashback ke masa lalu dimana terjadi salah satu peristiwa penting yang dialami nabi Muhammad SAW di bulan rajab. Peristiwa tersebut adalah isra’ mi’raj.

Isra mi’raj dapat dikatakan sebagai suatu peristiwa yang dapat mengobati kesedihan Nabi. Di tahun itu nabi kehilangan 2 orang yang sangat dicintainya dan paling gencar mendukung perjuangan dakwahnya. Beliau adalah Abu Thalib pamannya dan Khadijah istrinya. Nabi sangat bersedih dengan meninggalnya kedua orang tersebut. Sehingga dalam sejarah islam tahun itu dikenal sebagai “Amul Huzni”. Orang musyrik Mekah juga menjadi semakin berani mengganggu dan menghina Nabi.

Nabi Muhammad melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsa di Palestina pada waktu malam hari sebagaimana tersebut dalam pembukaan Qur’an Surah Al Isra. Jika dilihat di google maps, jarak Masjidil Haram dengan Masjidil Aqsa adalah + 1470 km atau lebih jauh daripada jarak Banyuwangi di ujung timur pulau jawa dengan Pandeglang di ujung barat pulau Jawa (+1168 km). Bisa dibayangkan zaman dulu yang belum ada mobil apalagi pesawat terbang, butuh berapa hari untuk menempuh perjalanan itu. Tetapi dengan kendaraan spesial dari Allah yang bernama buroq, Nabi dapat menempuhnya dengan waktu sangat singkat.

Kemudian nabi melakukan mi’raj dari Masjidil Aqsa sampai ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh. Dimana dalam sebuah riwayat, sebelum sampai ke langit ketujuh untuk berjumpa dengan Rabnya, Nabi Muhammad bertemu dengan para Nabi terdahulu seperti nabi Adam, Ibrahim, Isa, Musa dll. Pada saat mi’raj inilah nabi mendapatkan wahyu secara langsung dari Tuhannya untuk melaksanakan sholat 5 waktu. Begitu istimewanya ibadah sholat 5 waktu sehingga Nabi dipanggil langsung menghadap Tuhannya untuk menerima wahyu tersebut. Berbeda dengan proses penerimaan wahyu yang biasanya melalui perantara malaikat Jibril.

Peristiwa isra’ mi’raj memang secara nalar sejak zamannya Abu Jahal hingga zamannya Abu Janda sekarang ini masih sulit diterima akal. Bayangkan dalam waktu yang singkat, tidak genap semalam seorang manusia bisa melakukan perjalanan bolak balik dari bumi sampai ke langit ketujuh. Sehingga orang-orang kafir quraisy saat itu menganggap nabi gila ketika mendengar cerita tersebut. Abu bakar yang telah beriman, sepenuhnya membenarkan dan percaya 200% dengan kejadian yang dialami Nabi. Sehingga Abu bakar mendapat gelar “As Shidiq”.

Kita sebagai orang yang beriman harus menjadi golongannya Abu Bakar yang mempercayai sepenuhnya peristiwa isra’ mi’raj. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait apakah yang melakukan perjalanan tersebut hanya ruhnya nabi atau ruh dan jasadnya. Tetapi pendapat yang lebih kuat mengatakan bahwa peristiwa isra’ mi’raj dialami nabi secara ruh dan jasad.

Banyak hikmah yang dapat dipetik dari kejadian luar biasa yang sedang terjadi saat ini dan kejadian ekstra luar biasa yang pernah terjadi di bulan rajab. Walaupun kegiatan ibadah kita juga menjadi terbatas. Biasanya kita dengan mudah sholat berjamaah di masjid, sekarang beberapa masjid ditutup dan tidak mengadakan sholat berjamaah. Biasanya juga banyak tabligh akbar peringatan isra mi’raj, sekarang ditiadakan. Jika dilingkungan sekitar kita merupakan area terdampak yang cukup parah, tak perlu lah kita menjadi Superman dengan memaksakan ibadah diluar rumah. Karena dalam kaidah fiqh “mencegah kerusakan lebih didahulukan dibandingkan dengan mengambil kemashlahatan”. Sholat berjamaah di masjid merupakan suatu hal yang baik, tetapi mencegah terjadinya penyebaran wabah lebih didahulukan. Semua keterbatasan itu tidak menjadi penghalang bagi kita untuk tetap menjaga keimanan ini. Kita masih tetap dapat melakukan aktivitas ibadah wajib dan sunnah secara mandiri di rumah masing-masing. Memperbanyak sholat sunnah, membaca alqur’an, berdzikir dan aktivitas positif lainnya yang dapat mendekatkan diri kepada tuhannya. Dengan begitu, mental dan fisik kita menjadi terkondisikan untuk menyongsong bulan ramadhan mendatang.

Ramadhan kurang sebulan lagi, corona belum berhenti bahkan semakin ngeri.
Jika kita tidak mengkarantina diri, badai pasti akan susah berhenti.
Mari kita hiasi waktu yang berharga ini, dengan aktivitas positif di rumah sendiri.
Agar saat ramadhan datang, kita tidak menjadi kelompok yang merugi.

Komentar