BERSYUKUR

Sebagian besar umat muslim sangat familiar dengan ayat mengenai syukur berikut.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌۭ
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat berat”. (QS Ibrahim Ayat 7)

Ayat tersebut sehubungan dengan perkataan Nabi Musa kepada Bani Israil. Jika kembali pada ayat sebelumnya, disitu terlihat Nabi Musa mengingatkan kepada Bani Israil tentang banyaknya karunia Allah yang telah mereka terima. Nabi Musa mengingatkan akan nikmat tersebut karena banyaknya protes dan keluhan yang dilontarkan Bani Israil kepada dirinya. Padahal baru saja mereka diselamatkan Allah dari siksaan dan kejaran Fir’aun. Hingga akhirnya Allah membinasakan Fir’aun dan bala tentaranya di laut merah.

Pada QS Ibrahim ayat 7 tersebut terdapat formula bagi siapa saja terkait konsep syukur. Formula pertama yaitu: Jika kalian bersyukur, maka Allah akan menambah (nikmatmu). Kata شَكَرَ merupakan bentuk fiil madhi atau menunjukkan kejadian yang telah berlalu. Ini berarti bersyukur dengan mengingat suatu nikmat yang telah Allah berikan. Sedangkan أَزِيدَ berbentuk fill mudhori yang menunjukkan kejadian yang sedang atau akan terjadi. Yang berarti Allah akan memberikan tambahan nikmat sekarang atau di waktu mendatang secara terus menerus. Kemudian ditambah dengan 2 huruf taukid yaitu lam dan nun untuk menguatkan pernyataan (pasti akan ditambah).

Disitu tidak disebutkan secara spesifik bentuk tambahannya, apakah itu berupa makanan, uang, perhiasan atau sesuatu yang lain. Hak prerogatif Allah untuk memberikan tambahan nikmatNya dalam bentuk yang Dia kehendaki. Makanya tidak sedikit orang yang menyumbangkan uangnya dan berharap akan mendapatkan balasan 700 kali lipat seperti yang disebutkan dalam QS Albaqarah 261, tetapi dia tidak mendapatkan balasan berupa uang sebanyak itu. Bisa jadi balasannya atau tambahan nikmatnya berupa kesehatan atau kelapangan dada yang nilainya jauh melebihi bentuk uang.

Formula kedua yaitu: Jika kalian kufur (tidak bersyukur), maka sesungguhnya siksa Allah sangat pedih. Disini Allah tidak seketika memberikan siksa terhadap orang yang kufur nikmat sebagaimana Allah langsung memberikan tambahan nikmat kepada orang yang bersyukur. Ketika seseorang tidak bersyukur, Allah memberikan peringatan bahwa siksaNya sangatlah pedih, tidak menyatakan akan menyiksanya dengan siksa yang pedih. Hal ini menunjukkan begitu besarnya kasih sayang Allah kepada hambanya. Karena kita ketahui sangat banyak orang yang kurang pandai bersyukur terhadap nikmat-nikmat yang telah Allah berikan. Jika demikian, maka sangat banyak orang yang akan mendapatkan siksaNya. Maha Penyayang Allah sehingga masih memberi kesempatan kepada hambaNya untuk selalu kembali menjadi golongan pertama yang mendapatkan tambahan nikmatNya di saat dia tertahan dalam golongan kedua yang akan mendapatkan siksaNya.

Setiap orang akan berbeda-beda rasa syukurnya dalam memaknai setiap nikmat Allah. Sebagian orang menganggap dengan mengucap “hamdalah” (alhamdu lillahi rabbil alamin) telah dikatakan bersyukur. Sebenarnya itu baru dikatakan bertahmid atau memuji Allah, belum dikatakan syukur secara sempurna. Namun hal itu sudah lebih baik daripada tidak melakukannya sama sekali bahkan malah melupakan nikmatNya.

Selain mengucap tahmid, bersyukur juga harus diiringi dengan suatu tindakan terpuji lainnya. Misalnya dengan cara menginfakkan sebagian hartanya, membantu dengan tenaganya, atau meningkatkan kadar ketaqwaan kepada Allah. Itu semua termasuk aktualisasi rasa syukur seseorang yang diwujudkan dalam tindakan nyata.

Tingkatan syukur yang paling tinggi yaitu ketika orang itu mampu mengucapkan tahmid disertai dengan tindakan nyata dalam segala kondisi yang dialaminya. Di saat mendapatkan musibah dari Allah, orang tersebut masih tetap mampu bersyukur. Hal ini disebabkan dengan adanya musibah, akan semakin membuat dia dekat dengan Allah. Dapat dilihat betapa banyak orang yang mendapatkan kenikmatan justru semakin lalai dan jauh dari Allah. Orang yang mampu bersyukur di level ini disebut “Abdan Syakur”.

Begitu banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada makhluqNya. Jika disuruh menghitungnya, kita pasti tidak akan mampu mengetahui jumlahnya. (QS An-Nahl Ayat 18). Allah menjadikan satu surah tersendiri di Al Qur’an yaitu surah Ar-Rahman untuk memberikan gambaran betapa banyak nikmat yang telah Dia berikan. Tetapi di beberapa ayat yang lain, Allah juga menyatakan bahwa sangat sedikit sekali hambaNya yang pandai bersyukur. Hal ini menjadi bukti bahwa manusia tidak pernah merasa puas terhadap apa yang telah dimilikinya saat ini. Rasulullah pernah bersabda “Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya”.

Contoh nikmat sederhana yang sering kita lupakan misalnya desain sempurna anggota tubuh manusia. Coba bayangkan jika lubang hidung kita menghadap keatas, pasti akan mudah kemasukan air ketika kita mencuci muka. Keberadan kita dimuka bumi ini pun hakekatnya adalah bentuk nikmat Allah. Sebelum kita dilahirkan, kita hanyalah sebuah sel sperma yang bersaing dengan jutaan sel sperma lainnya untuk mencapai garis finis di sel telur. Di tengah perjalanan, sel-sel sperma tersebut berguguran hingga akhirnya tersisa 1 yang menjadi diri kita sekarang ini. Lantas apa yang patut kita sombongkan sehingga kita kurang pandai bersyukur?

Saat ini mungkin hidup kita sedang diuji dengaan berbagai musibah termasuk wabah pandemi covid-19. Musibah tersebut tidak seberapa jika dibandingkan dengan nikmat yang telah diberikanNya. Untuk itu, berhentilah mengeluh terhadap kondisi sekarang, karena diluar sana masih banyak orang yang sekedar mencari sesuap nasi saja masih susah dan hanya tidur beralaskan tanah. Ketika kita masih bisa makan nasi warteg dan tinggal di kontrakan sumpek, maka kondisi kita jauh lebih beruntung dibandingkan jutaan orang di dunia. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Marilah kita tundukkan kepala sejenak serta mengingat kembali karunia yang telah Allah berikan. Semoga kita termasuk kedalam golongan "Abdan Syakur". Wallahu A'lam

Komentar