SABARLAH SEJENAK


Tahun 2020 baru melangkah 4 purnama, namun telah banyak kita alami berbagai pelajaran yang sangat berharga. Di awal tahun, alam memberikan pelajaran dengan banjir yang melanda beberapa kota. Belum surut genangan kesedihannya, giliran makhluk tak kasat mata bernama corona yang mengancam keselamatan jiwa. Padahal di tahun sebelumnya, banyak orang telah menantikan kedatangan tahun cantik ini. Komposisi angka 2 dan 0 di kalender menjadi pilihan bagi pasangan kekasih yang akan mengukirkan sejarah hidupnya. Namun harapan tinggi yang kita gantungkan pada tahun ini, buahnya tidak semanis benih yang kita tanam. Bahkan banyak kenangan pahit yang terukir di dalamnya. Ratusan orang pergi meninggalkan dunia, jutaan orang kena PHK, pedagang kaki lima tak bisa menjajakan dagangannya. Memang begitulah kodrat kita sebagai manusia. Sejatinya manusia diciptakan dalam keadaan bersusah payah (QS. Al Balad: 4). Selagi masih menginjakkan kaki di dunia, maka mereka akan mendapatkan cobaan dan ujian. Hal ini bukan barang baru, bahkan sudah ada sejak zaman Nabi Adam.

Allah mempunyai skenario yang sangat indah terhadap hambanya, namun terkadang terasa berat untuk dilaluinya. Setiap orang akan mendapatkan ujian kehidupan dengan level yang berbeda-beda. Sebagaimana kita ketahui bersama, semakin tinggi suatu pohon, maka akan semakin kencang anginnya. Semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang, maka akan semakin berat ujian yang dihadapinya. Bila kita ingin melihat ujian-ujian kehidupan terberat yang dihadapi oleh manusia, marilah kita tengok sejenak kisah-kisah nabi terdahulu. 

Nabi Nuh mendapatkan ujian untuk berdakwah ratusan tahun terhadap kaumnya, namun hanya sedikit yang mengikuti ajakannya, bahkan diuji dengan istri dan anaknya yang tidak mau menuruti ajarannya. Nabi Ibrahim diuji dengan berbagai cobaan, mulai dari perselisihan dengan pamannya (Azar) yang musyrik, berdakwah kepada raja Namrud dan pengikutnya hingga Nabi Ibrahim ditangkap dan dibakar. Nabi Musa harus berdakwah kepada Raja Fir’aun yang kejam, membebaskan Bani Israil dari perbudakan Firaun, dan berdakwah kepada Bani Israil yang sangat merepotkan. Nabi Isya juga mendapatkan ujian untuk berdakwah terhadap Bani Israil yang ajarannya telah jauh menyimpang dari Taurat, Nabi Isya bahkan hendak ditangkap dan dibunuh oleh Bani Israil. Tak kalah beratnya ujian yang dialami Nabi Muhammad SAW saat berdakwah kepada kaum Quraisy. Beliau dianggap orang gila, dikucilkan, diolok-olok, bahkan tidak sedikit kekerasan fisik yang diterimanya. Bahkan berkali-kali beliau menerima percobaan pembunuhan.

Begitulah kiranya ujian yang dialami para nabi dan rasul yang notabene sebagai manusia pilihan. 5 contoh di atas merupakan nabi dan rasul bergelar “ulul azmi” yaitu rasul pilihan yang memiliki keteguhan hati dan ketabahan luar biasa dalam menghadapi ujian-ujian selama dakwahnya.

Setiap manusia bahkan sekelas nabi dan rasul pasti tidak terlepas dengan yang namanya ujian. Karena itulah kodratnya kehidupan di dunia. Ibarat lembaga pendidikan, untuk bisa mendapatkan gelar dari kampus, seseorang harus lulus ujian untuk setiap mata kuliahnya. Begitupun kampus dunia, Allah akan menguji hambanya untuk mengetahui siapa yang paling baik amalnya. (QS.Al Mulk:2). Raport Kampus dunia akan dibagikan di Hari Perhitungan (Yaumul Hisab) dimana hasilnya sangat fair. Kebaikan atau keburukan apapun yang dikerjakan di dunia biarpun sekecil debu pasti akan tercatat dan mendapat balasan. Berbeda dengan raport kampus saat ini yang hasilnya terkadang tidak sesuai dengan realita mahasiswanya.

Bentuk ujian dari Allah sangatlah beragam, ada yang tampak “tidak menyenangkan” seperti ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan (QS.Al Baqarah:155). Ada juga yang terlihat “menyenangkan” seperti kepemilikan akan harta benda dan anak keturunan (QS.Al Anfal:28). Semua itu adalah ujian bagi hambaNya. Ujian tersebut akan disesuaikan dengan level hambanya masing-masing karena Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sebatas kemampuannya (Al baqarah:286). Harus selalu diingat, hakikatnya ujian adalah wujud kasih sayang Allah kepada hambaNya. Nabi pernah bersabda “jika Allah mencintai suatu kaum maka ia akan mengujinya”.

Sebenarnya yang perlu digarisbawahi bukan seberapa berat kadar ujian yang diterima seseorang, tetapi bagaimana sikap orang itu dalam menghadapinya. Apakah dia suka mengeluh, berputus asa atau dia tetap teguh, dan ridha dalam menjalaninya. Jika orang itu mampu bersabar dalam menjalani ujian yang dihadapinya, maka orang itu punya bekal untuk lulus dari kampus dunia.

Sabar berarti mampu menahan diri untuk tetap berada di jalan Allah baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Sabar sangat mudah untuk diucapkan tetapi sangat berat untuk diamalkan. Bagi orang yang tidak terkena ujian, maka akan sangat mudah untuk mengucapkan “sabar ya”, tetapi bagi orang yang sedang dilanda musibah/ujian akan sangat berat untuk mempraktekkan arti kata sabar. Bersabar bukan berarti tidak boleh bersedih atau menangis, karena itu sifat basyariyah manusia. Yang tidak diperbolehkan adalah berkeluh kesah kepada orang yang bukan ahlinya serta berputus asa terhadap rahmat Allah. Nabi Ya’qub pun menangis ketika kehilangan putranya (Nabi Yusuf) tetapi beliau tetap bersabar dan tidak putus harapan kepada Allah. Sehingga sikap beliau disebut sabar yang indah “shabrun jameel” (QS Yusuf:18).

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Sabar adalah separuh iman. Karena iman hakikatnya berupa tashdiq (percaya) dan amal (tindakan). Tanpa adanya sikap sabar maka seseorang tidak akan mampu untuk melakukan amal-amal kebaikan, bahkan ia bisa terjerumus dalam kemaksiatan karena mengikuti hawa nafsunya. Oleh karena itu sabar menjadi pijakan penting bagi umat muslim dalam melakukan setiap tindakan. Sebagaimana sabda nabi “alangkah mengagumkan keadaan orang beriman, Jika mendapatkan kesenangan, ia bersyukur dan jika mendapatkan kesusahan, ia bersabar”.

Menurut Imam Ghozali, sabar terdiri dari 3 macam, yaitu (1) Sabar dalam menerima ujian. Sebagaimana telah dipaparkan di atas. Bahwasannya setiap orang akan menerima ujian. Solusinya sebagaimana telah diajarkan Allah yaitu dengan bersabar. (2) Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah. Misalnya dalam melaksanakan ibadah wajib maupun sunnah. Sesibuk apapun kondisinya, selemah apapun fisiknya, orang muslim wajib mendirikan sholat 5 waktu setiap hari. Begitu juga kewajiban melaksanakan puasa meskipun harus menahan lapar dan haus dari subuh sampai maghrib. Jika tidak ada kesabaran dalam diri seorang muslim, maka dia tidak akan mampu menjalankannya. (3) Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Adanya syahwat dan nafsu pada diri manusia mendorongnya untuk melakukan hal-hal yang memuaskan nafsunya. Padahal jika menuruti hawa nafsu, maka tidak akan pernah ada habisnya. Ibarat minum air lautan, semakin diminum akan semakin haus. Ditambah lagi adanya godaan syetan yang selalu mengajak untuk melakukan perbuatan dosa. Oleh karena itu diperlukan kesabaran untuk mengendalikan hawa nafsu dan menolak rayuan setan.

Ketika seseorang mampu menerapkan akhlaq yang mulia ini, maka dia akan mendapatkan berbagai keuntungan sebagaimana termaktub dalam Alqur’an. Misalnya: Allah bersama orang yang sabar (QS Al-Anfal: 46), Allah mencintai orang yang sabar (QS Ali Imran:146), mendapatkan kabar gembira (QS Al Baqarah:155), memperoleh pahala tanpa batas (QS Az-Zumar:10). Begitu luar biasa reward yang akan diperoleh jika seseorang mampu menanamkan sikap sabar dalam dirinya.

Episode kehidupan kita akan terus berlanjut dengan berbagai scene. Adakalanya scene itu menyenangkan bagi kita, terkadang juga menyesakkan dada. Semua itu adalah skenario dariNya, kita hanya memerankannya sebaik mungkin.
Ketika ujian datang silih berganti menghampiri kita, bersabarlah 
Bukankah pelangi akan terbit setelah hujan badai
Ketika orang-orang yang kita cintai pergi untuk selamanya, bersabarlah 
Bukankah selalu ada “selamat tinggal” di setiap “selamat datang”
Ketika kita kehilangan pekerjaan, kehilangan penghasilan, bersabarlah 
Bukankah kita hanya tukang parkir yang kendaraannya bisa diambil pemiliknya kapan saja.
Ketika kita merasa lelah, capek, dan sakit, bersabarlah. 
Bukankah pedang semakin ditempa akan semakin bagus dan tajam.
Sabarlah sejenak kawan
Wallahu a’lam

Komentar